SELAMAT DATANG DI RIYADHUL AL-FIYYAH WAL HIKAM AZZAINIYYAH

SELAMAT DATANG DI RIYADHUL AL-FIYYAH WAL-HIKAM

Berjama'ah yuk....!!!!!

salah satu pemimpin besar Yahudi mengatakan kami tidak takut jika ummat Islam Pintar, Cerdas dan kaya. tapi kami hanya takut jika ummat Islam berjama'ah solat subuh sudah seperti solat jum'at.

ayo kawan....
sesama ummat islam mari kita saling mengajak dan terus berjihad untuk memakmurkan mesjid kita dengan berjama'ah dan pengajian.
di situlah letak kekuatan ukhuwwah Ilsamiyyah kita sehingga dapat di bangun kembali..

harapan berjama'ah di seluruh mesjid jami kita
contoh:

KH. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab

kiayi yang sering di sapa akrab dengan panggilan ajengan Zezen ini lahir pada tanggal 17-02-1955.

Sosok kiayi kharismatik dan tidak pernah surut dari semangat jihad dalam menegakan agama Allah. Beliau paling tidak suka mendengar orang meremehkan agama, mendengar Islam di lecehkan, mendengar Islam ada dalam tekanan, dan melihat pengamalan terhadap ajaran Islam yang tidak sepenuh daya.

Beliau juga seorang guru yang sangat di segani oleh semua santri, seorang pemimpin yang ulung dalam organisasi, seorang tokoh yang sangat di cintai di tengah masyarakat, seorang imam yang pemikirannya di terima oleh semua kalangan,semua kelompok, dan semua tingkatan masyarakat. Dan tidak lupa beliau merupakan seorang ayah yang sangat sayang terhadap keluarganya.

Bermacam- metode telah beliau terapkan dalam membina masyarakat, beliau sangat faham terhadap fenomena-fenomena yang berada di tengah ummat. Rumusan-rumusannya merupakan formula yang tepat dan dosis yang pas, yang jika diterapkan di seluruh pelosok negeri ini niscaya negeri ini akan bangkit dari keterpurukan

Ketika negeri ini di himpit dengan bermacam-macam kesulitan, dan banyak kalangan berusaha memulihkan hal tersebut dengan bermacam upaya berupa peningkatan mutu pelayanan terhadap masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan, ekonomi, teknologi, dan smber daya manusia, namun tetap belum menghasilkan sebuah hasil yang signifikan walaupun proyek-proyek tersebut bersifat multi nasional tapi ternyata hal tersebut menjadi proyek khusus bagi kalangan tertentu yang justu sebaliknya memperkaya kelompok tertentu dan masyarakat tetap berada dalam keterpurukan.

Melihat kondisi yang demikian parah yang menimpa negeri ini, beliau terus memikirkan bagaimana menerobos dan membidik sumber utama keterpurukan negeri ini dan merubahnya sedikit demi sedikit dengan bermacam upaya yang sesuai dengan keinginan sang pencipta manusia.

Beliau berpendapat bahwa keterpurukan negeri ini bersumber pada 2 sebab:

1. Otak tumpul

2. Do’a mandul

Ketika semua kemampuan di kerahkan dan di peras untuk mengejar ketinggalan dalam semua sisi kehidupan, tetap saja Indonesia belum sanggup untuk mengejar semua ketinggalan itu. Dalam hal pendidikan Indonesia ada di bawah Vietnam. Dalam hal teknologi Indonesia ada di bawah Negara singapura, bahkan dalam hal kesejahteraan dan ekonomi Indonesia kalah oleh Negara tetangganya sendiri. Yaitu Malaysia.

Saya “ penulis” selalu ingat kata-kata beliau (KH. Zezen ZA) secerdas-cerdasnya kita dalam hal teknologi tetap saja kita menggunakan rongsokan yahudi.

Memang benar dalam hal teknologi kita khususnya ummat islam hanya di permainkan oleh mereka yang punya rumusan lebih unggul dalam bidang teknologi, dalam pemrograman computer kita jauh berada di bawah Negara-negara barat bahkan ketinggalan + 65 tahun jaraknya. Kita hanya menjadi konsumen produk-produk mereka dan terus-terus di permainkan dengan munculnya bermacam produk-produk baru yang kecepatan dan selang waktu yang begitu cepat.

Untuk membeli harga 1 buah TV saja kalau di bandingan dengan penghasilan petani padi maka kita harus mampu menghasilkan beberapa kuintal padi bahkan beberapa ton. Sungguh ironis sekali. Bahkan para petani sudah mulai kehilangan percaya diri dengan propesi yang di tekuni oleh mereka.

3. Doa mandul.

Maksudnya ketika muncul semua keterpurukan dan bermacam-macam himpitan tersebut ada satu lagi jalan yang bisa di tempuh oleh Indonesia khususnya ummat Islam yaitu

" "الدعاء سلح المؤمنين

Namun jalan satu-satunya yang paling ampuh ini pun telah banyak di tinggalkan oleh masyarakat Indonesia khususnya. Sulitnya membangkitkan kesadaran ummat akan pentingnya ketaqwaan mendorong beliau untuk terus berdakwah dan menyampaikan kepada ummat untuk segera kempali kepada poros Utama yaitu aturan sang pencipta “Allah SWT” agar ummat keluar dari semua keterpurukan ini.

Jika ummat islam keluar dari jalur maka hancurlah kita sebagaimana matahari, bulan, bintang dan seluruh edaran galaksi kita keluar dari jalur maka hancurlah semuanya.

dalam semua pergerakannya beliau senantiasa sinergis dengan semua kalangan dan sesuai dengan aturan agama maupun negara.

dalam posisi beliau sebagai seorang ketua Umum MUI kab. Sukabumi beliau senantiasa berdampingan bersama pemerintah dalam membina masyarakat.

beliau tidak pernah membumingkan pergerakannya dalam entertainment. dan senantiasa mulai dari gerakan yang paling bawah yaitu membina masyarakat yang berada di lingkungan kampungnya sendiri sebagai pilot project. beliau telah berhasil membuktikan membina masyarakat yang tadinya selalu hidup dalam aturan yang jauh dari agama, hingga menjadi masyarakat yang cinta agama dan tidak membangkang terhadap agama. mesjid selalu di ramaikan dengan berjamaah dan dzikir yang selalu menggema. menambah asrinya suasana pegunungan Kp. Nagrog yang begitu Indah. di tambah lalu lalang santri yang pakaiannya tampak rapih dan kitab di peluk di dadanya. sungguh pemandangan yang begitu mengharukan.

(bersambung....


Tujuan Pondok Pesantren Azzainiyyah

1. Ilmu Tinggi
2. Akhlak Shufi
3. Hidup Mandiri
4. Pemimpin

Foto Kegiatan


Kh. zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab
Pengasuh Ponpes Azzainiyyah











AL HABIB SYEKH BIN SALIM AL ATHAS ( SUKABUMI )

Habib Syekh bin Salim Al-Athas lahir di Huraidhah, Hadramaut, Yaman, pada hari jum'at bulan Safar, 1311 H, tumbuh dewasa dalam lingkungan keluarga Ba 'Alawi yang sangat religius. Masa pendidikannya dimulai dari ayahandanya sendiri, habib salim bin Umar bin Syekh Al-Athas ( wafat 1956 ). Sewaktu menginjak usia tujuh tahun, beliau berguru kepada Habib Abdullah bin Alwi Al-Athas, ulama yang lahir di Cirebon, kemudian menetap di huraidhah, dan mendirikan Masjid Ba 'Alawi, beberapa waktu setelah kembali dari Haidrabad, India.

Habib Syekh bin Salim Al-Athas berguru kepada Habib Abdullah bin Alwi Al-Athas sepanjang siang dan malam, kecuali pada hari Jum'at di masjid Ba 'Alawi. Di masjid itu pulalah beliau tinggal. Beliau juga memperoleh bimbingan dalam berbagai hal, terutama hal-hal yang berkaitan dengan kemuliaan pribadi. Beliau juga mempelajari beberapa ilmu Qiraat, seni membaca Al-Qur'an, di bawah bimbingan Syekh Sa'id bin Sabbah, yang sangat piawai dalam Qira'at Al-Qur'an. Pada usia 12 tahun beliau telah hafal Al-Qur'an secara sempurna.
Ada kisah menarik tentang kepiawaiannya membaca Al-Qur'an, sebagaimana pernah beliau tunjukkan dalam suatu perayaan khatam Al-Qur'an yang dihadiri berbagai tokoh Alawiyin an para ulama besar. Di antara mereka terdapat Al-'Allamah Al-'Arifbillah Ahmad bin Hasan Al-Athas, ulama yang menguasai 10 jenis qira'at, yang kemudian menjadi guru utamanya.

Sebagai orang yang haus ilmu, beliau berguru kepada beberapa ulama di berbagai tempat. Hampir semua cabang pengetahuan agama dipelajarinya dengan tekun. Beliau banyak menimba berbagai ilmu ushul dan furu' ( pokok-pokok dan cabang pengetahuan islam ) kepada Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas. Selain itu, beliau juga menuntut berbagai cabang ilmu pengetahuan agama di Mekkah dibawah bimbingan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, seorang Mufti Mazhab Syafi'I.

Bukan hanya belajar, Habib Syekh bin Salim juga gemar berdiskusi. Beliau sering menghadiri berbagai majelis bimbingan dan pengajaran agama di bawah pimpinan Habib Ahmad bin Hasan Al-Athas. Ulama yang sangat terkenal dengan suara dan lagunya ketika membaca Al-Qur'an.

Adapun Ulama – ulama yang mengajar agama dan tasawuf kepada Habib Syekh bin Salim, antara lain :

• Habib Abdullah bin Alwi bin Hasan Al-Aththas ( penyusun kitab Sabilul Muhtadin )

• Habib Muhammad bin Salim bin Abu Bakar bin Abdullah bin Thalib Al-Aththas.

Ulama-ulama inilah yang bertindak sebagai Syekh Fathu ( pembimbing ilmu fiqih dan tarekat ) bagi Habib syekh bin Salim yang sekaligus juga mengkaji beberapa kitab, seperti Al-Bahjah, Al-Irsyad dan Al- Minhaj.

Beberapa guru Habib Syekh bin Salim yang lain :

• Habib Muhammad bin Alwi bin Syekh Al-Aththas.

• Habib Ahmad bin Abdurrahman As-Saqqaf.

• Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiri.

• Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab.

• Habib Alwi bin Abbas Al-Maliki ( Mufti Al-Haramain Makkah )

• Habib Muhammad bin Hadi Assaqqaf dari Seiyun, Hadramaut.

Sebagai ulama tulen, beliau bertekad untuk berdakwah ke berbagai penjuru dunia. Pada tahun 1338 H / 1920 M, ketika usianya 27 tahun, Habib Syekh bin Salim berkunjung ke Indonesia, langsung menuju Tegal, Jawa tengah. Disana beliau menjalin silaturrahmi dengan para ulama, sesepuh dan pembesar setempat. Ketika itu di Indonesia sudah banyak tokoh Alawiyyin yang sudah bermukim.

Beberapa diantaranya, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Aththas ( Pekalongan ), Habib Abdullah bin Muhsin Al-Aththas ( Bogor ), Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar ( Bondowoso ), Habib Abu Bakar bin Muhammad Assaqqaf ( Gresik ), Habib Alwi bin muhammad bin Thahir Al-Haddad ( Bogor ), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ( Kwitang, Jakarta ) dan Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid ( Tanggul, Jember ).

Kedatangan Habib syekh bin Salim Al-Athas menambah semarak perjuangan dan dakwah islam di Indonesia. Beliau menjalin silaturrahmi dengan para ulama tanah air, seperti Prof.Dr. Buya Hamka ( Jakarta ), KH.Hasyim Asy'ari ( Jombang ), KH.Ahmad Sanusi ( Sukabumi ) KH.Bisri Syamsuri ( Jombang ), KH.Ahmad Dahlan ( Jogja ), Prof. Syafi'i Abdul Karim ( Surabaya ), Prof. Hasbie Ash-Shiddiqy ( Jogjakarta ), Dr.Shaleh Su'aedi ( Jakarta ), Sayyid Abu Bakar bin Abdullah bin Muhsin Al-Aththas ( Jakarta ), Sayyid Abdullah bin Salim Al-Aththas ( Jakarta ), Sayyid Alwi bin Abu Bakar bin Yahya ( Solo ), sayyid Idrus bin Umar Al-Masyhur ( Surabaya ), Sayyid Umar Asseqqaf ( Semarang ) dan Sayyid Ahmad bin Ghalib Abu Bakar ( Surabaya ).

Mencermati perjuangan kaum muslimin Indonesia saat itu tak bisa lain bagi Habib Syekh bin Salim kecuali ikut berjuang melawan penjajah Belanda. Tak ayal, gerak-geriknya pun selalu diincar oleh kaum kafir kolonialis itu. Untuk menghindari intel Belanda, beliau menempuh taktik cukup jitu, yaitu berdakwah ambil berniaga. Maka mulailah beliau berjalan kaki keluar masuk kampung menyelusuri Tegal dan sekitarnya. Di kota Bahari inilah beliau menikah dengan seorang putri dari keluarga bangsawan Tegal, Raden Ali. Dan sejak itu di Tegal beliau sangat disegani oleh berbagai lapisan masyarakat.

Dalam kapasitasnya sebagai ulama dan pemimpin masyarakat, Habib Syekh bin salim berusaha mendorong dan menggalang kebersamaan dan kerukunan di antara kaum muslimin dalam bingkai roh kemanusiaan. Beliau juga mengajarkan kitab-kitab klasik yang memuat pokok-pokok dan cabang pengetahuan agama, baik ubudiah ( peribadatan ) maupun muamalah ( kemasyarakatan ). Dalam waktu yang relatif singkat beliau mampu menjalin pergaulan dan persahabatan dengan para ulama dan sesepuh di pelbagai daerah.

Beliau bahkan sempat pula berpartisipasi dalam kancah politik meski dalam waktu yang singkat. Dalam setiap diskusi diskusi, beliau tidak pernah menangkis wacana kaum moderat yang mencuat di tengah masyarakat multi etnik dan kultur- tanpa argumentasi kuat. Beliau senantiasa mencetuskan pemikiran-pemikiran konstruktif, mengonsolidasi segala aspirasi dan perbedaan antar golongan dengan konsep jalan tengah penuh hikmat demi kemaslahatan bersama.

Acapkali beliau menjawab berbagai persoalan dengan kalimat bijak dan sederhana, selaras dengan firman Allah swt, seperti, "Serulah mereka ke jalan tuhanmu dengan hikmah dan anjuran baik". Juga pesan Rasulullah saw, seperti, "Gembirakanlah dan janganlah buat mereka lari. Permudahlah urusan mereka dan janganlah dipersulit".

Habib Syekh bin Salim dikenal piawai terutama dalam bidang Fiqih, Sastra dan Tarikh. Kitab-kitab yang diajarkannya, antara lain :

• Al-Umm ( Imam Syafi'i )

• Ar-Risalah ( Imam Syafi'i )

• Al-Muhadzab ( Syekh Abu Ishaq As-Syairazy )

• Tuhfatul Muhtaj dan Fathul Jawwad ( Syekh Ibnu Hajar Al-Haitamy )

• Nihayatul Muhtaj ( Imam Ramli )

• Fathul Wahhab ( Syekh Zakariya Al-Anshary )

• Fathul Mu'in ( Syekh Zainudin Al-Maibari )

• Tafsir Sirajul Munir ( Imam Khatib As-Syabainy )

• Tafsir Al-Jalalain ( Imam Mahali dan Imam Suyuthi )

• Shahih Bukhari dan Shahih Muslim

• Ihya Ulumuddin ( Imam Ghazali )

• Al-Hikam ( Syekh Ibnu 'Atha'aillah )

• Ar-Risalah ( Syekh AlQusyairy )

• Al-Alfiyyah ( Syekh Ibnu Malik )

• Jauhar Maknun ( Syekh Abdurrahman Al-Ahdhary )

• 'Uqudul Juman ( Syekh Jalaludin As-Suyuthy )

Gaya Habib Syekh bin Salim berdakwah cukup unik. Beliau selalu memberi hadiah para santri yang hadir pada hari selasa hinggan sabtu berupa uang jalan. Mereka juga mendapat hadiah beberapa kitab. Belum lagi jamuan makan dan minum. Selesai shalat Asar, terutama di bulan Ramadhan, beliau selalu menggelar majlis Rauhah dengan menelaah dan mengkaji ulang pelbagai kitab karangan salafus shalih. Tak mengherankan jika para santrinya sangat banyak. Tidak sedikit anak didiknya yang dibelakang hari menjadi tokoh masyarakat atau mubaligh, terutama di Jawa barat.

Ulama-ulama yang pernah menjadi santrinya, antara lain :

• K.H. Abdullah bin Husein ( Pabuaran, guru para Kiai di Sukabumi )

• K.H. Ajengan Juragan Nuh ( Ulama tertua di Cianjur )

• K.H. Ajengan Abdullah bin Nuh, putra K.H. Juragan Nuh ( pendiri pondok pesantre Al-Ihya, Bogor )

• K.H. Ajengan Muhammad Syuza'i ( Ciharashas, Cianjur )

• K.H. Ajengan Idris Zainudin ( Cipetir, Sukabumi )

• K.H. Ajengan Munawar ( Cilaku, Sukabumi )

• K.H. Ajengan Muhammad Masthuro ( Tipar, Sukabumi ) pendiri Pondok Pesantren
Al-Masturiyah, yang dimakamkan disamping makam Habib Syekh bin Salim Al-Aththas.

• K.H. Ajengan Abdullah Sanusi ( Sukamantri, Sukabumi )

• K.H. Ajengan Abdullah Mahfudz ( Babakan Tipar, Sukabumi )

• K.H. Ajengan Shalahuddin ( Pasir ayam, Cianjur )

• K.H. Ajengan Ahmad Nadziri ( Cijurai, Sukabumi )

• K.H. Ajengan Zubaidi ( Dangdeur, Cijurai )

• K.H. Ajengan Ahmad Zarkasyi Sanusi ( Gunung Puyuh, Sukabumi )

• K.H. Ajengan Badri Sanusi ( Gunung Puyuh, Sukabumi )

• K.H. Ajengan Syafi'i ( Nyalindung, Sukalarang, Sukabumi )

• K.H. Ajengan Ilyas dan para putranya ( Bogor )

• K.H. Ustadz Sholeh ( Ranca, Bali, Cianjur )

• K.H. Ajengan Endang Muhyiddin ( Jambu Dwipa, Cianjur )

• K.H. Ajengan Muhammad Suja'i ( Pakuan, Parung kuda, Sukabumi )

• K.H. Ajengan Aang Syadzili ( cibereum, Sukabumi ).

Habib Syekh bin salim Al-Aththas memang sempat tinggal di Sukabumi. Beliau bahkan dikenal sebagai Mujahid ( Pejuang ) kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak 1942, bersama K.H. Ahmad Sanusi ( Sukabumi ) dan para tokoh pejuang lainnya, beliau berjuang melawaqn kolonialis Belanda. Keberadaan beliau di Sukabumi sempat membuat tatanan masyarakat di kota itu jadi lain. Beliau menjadi sandaran bagi umat yang tengah menghadapi berbagai problem hidup. Beliau juga sempat duduk sebagai Rais Mustasyar ( Ketua dewan Pertimbangan ), disamping membantu pembangunan dan kemajuan beberapa Pondok Pesantren di berbagai daerah Sukabumi.sebagai panutan masyarakat, Habib Syekh bin Salim memiliki Ahlak yang luhur dan dermawan, terutama terhadap masyarakat lemah dan miskin. Beliau juga sangat menghormati dan memuliakan ulama dan orang-orang saleh, hingga rumah beliau menjadi ma'wa ( tempat tujuan ) dan persinggahan para tamu dari berbagai lapisan, dari dalam dan luar negeri, khususnya dari Timur tengah, lebih khusus lagi dari Yaman.

Habib Syekh bin Salim Al-Aththas wafat pada hari sabtu, 25 Rajab 1398 H / 1 Juli 1978 M, dalam usia 86 tahun, dikebumikan di Masjid Jami' Tipar, Sukabumi. Tokoh dan Ulama yang melakukan Takziah ( melayat ). Antara lain : Habib Abdullah bin Husein Asy-Syami Al-Aththas dan Habib Hasan bin Abdullah Asy-Syatiry-yang bertindak sebagai Imam dalam shalat jenazah.

AWALUDDIN MA’RIFATULLAH

Asal-muasal agama diturunkan agar manusia mengenal Allah S.W.T. Wahai saudaraku, sudahkan kita mengenal Allah? Siapakah Allah itu? Bagaimanakah Allah itu? seperti apakah Allah itu?

Ketahuilah wahai saudaraku, sebelum kita beribadah kita harus mengenal dulu siapa yang akan kita sembah, jika kita tidak tahu maka sia-sialah ibadah kita.

Ada sebuah maqola, ‘Amal tanpa ilmu sesat dan ilmu tanpa amal kufur.’ Jadilah orang Islam yang benar wahai saudaraku, agar amal dan ibadah kita punya esensi. Allah tidak cukup kita kenal namanya saja, tapi harus kita kenali zat, sifat, asma, dan af’al-Nya. Karena jika kita tidak tahu itu, dalam beribadah kita akan ragu-ragu dan selalu bertanya-tanya, apakah ibadah saya sudah benar/belum? Padahal dalam pandangan orang tasawuf jika kita masih demikian maka syiriklah kita. sebagai iktibar ada gambaran cerita di bawah ini: Kita kenal nama SBY tetapi kita tidak mengenal zat, sifat dan af’alnya (ciri-cirinya). Suatu saat kita bersalaman dengan SBY. Apakah kita tahu kalau itu SBY? Tentu tidak saudaraku, yang terjadi kita akan acuh dan yang lebih parah lagi kita tidak punya adabiyah karena tidak tahu kalau dia presiden kita. Demikianlah walau Allah telah nyata di dekat kita,, kita tidak akan mengenal-Nya karena ketidatahuan kita terhadap zat, sifat, dan af’al (ciri-ciri-Nya),

Ketahuilah wahai saudaraku ciri dari orang makrifat adalah punya adab yang sempurna (ahklakul mahmudah) Contoh: Dahulu sunan Bonang gara-gara mencabut rumput tidak sengaja beliau menangis dan minta tobat dengan Allah SW.T. Ini terjadi karena beliau telah makrifat, bahwa yang berhak mencabut nyawa adalah malaikattul maut, bukan Sunan Bonang. Pernahkan anda merenung hingga demikian? Wahai saudaraku, kita harus menggunakan akal dan fikiran agar kita mempunyai rasa halus dan bersosial tinggi.

Saudaraku makrifat secara bahasa/ etimologi/ lughot adalah mengenal. Kenapa sekarang kita tidak kenal Allah? Padahal dulu anda telah berdialog dengan Allah dan sanggup untuk memikul amanat dari Allah sebagai kholifah di muka bumi. Kembalilah ke jalan Allah agar kita jadi kholifah yang sempurna.

Inilah hijab-hijab kenapa kita tidak mengenal Allah:

  1. KUFUR/ INGKAR

Sebagai manusia kita harus menjalankan perintah Allah. Karena banyak orang islam tapi tidak mau menjalankan peritah-Nya. Bagaimana mungkin kita akan kenal Allah sedangkan kita tidak mau menjalankan perintah-Nya.

Contoh:

Kita seorang karyawan pada suatu perusahaan tapi kita tidak mau/memakai seragam perusahaan kita. Bagaimana mungkin atasan anda akan mengenal kita.

Kita mengenal ada 3 golongan muslim :

  1. Golongan yang mendirikan sholat.
  2. Golongan yang kadang sholat kadang tidak (enggan/malas sholat)
  3. Golongan yang tidak mau sholat

Jika kita mengaku seorang muslim, sholatlah seperti sholatnya Muhammad saw. Padahal beliau sudah maksum. Apa yang kita sombongkan saudaraku? jika kita tidak mau sholat. Hebat mana kita dengan Muhammad saw. Pelajarilah Islam secara kaffah ! Sholat adalah tanda apakah orang itu muslim atau bukan. Dengan sholat anda bisa bertemu Allah. Karena sholat mi’rojnya orang muslim.

  1. BODOH/ MERASA TIDAK MAMPU

Kita ingin jadi orang yang bermakrifat, tetapi kita bodoh dan tidak mau menuntut ilmu, mana mungkin? Padahal ilmu sebagai pelita hati dalam berjalan menuju akhirat. Kita harus kuasai ILMU, FAHAM, AMAL, dan YAKIN. Bukankah Islam menyuruh kita menuntut ilmu, walau sampai ke negeri china? Menuntut ilmu itu fardhu atas setiap orang muslim. lihatlah Gus Dur! Beliau benar-benar mempraktekkan hadits ini sehingga mata beliau tidak bisa melihat karena saking banyaknya membaca. Sadarilah saudaraku, ilmu akan membuat kita tinggi baik di hadapan manusia maupun Allah. Suatu saat setan akan menggoda orang (bodoh) yang sedang sholat, tapi ketika akan masuk di depan pintu ada seorang yang berilmu yang sedang tidur. Akhirnya syaithon takut dan tidak jadi masuk menggodanya, karena tidurnya orang yang alim lebih ditakuti syaithon daripada sholatnya orang yang bodoh. Renungkanlah saudaraku betapa tinggi derajat orang berilmu.

  1. SU’UDZON

Janganlah kita punya rasa buruk sangka baik dengan manusia ataupun Allah, karena hal ini akan membuat kita tertutup matahati. contoh:

Mentang-mentang kita lebih tua kita tidak mau berguru kepada yang lebih muda. Mentang-mentang Sang Guru berstatus sosial rendah kita tidak mau berguru. Jika kita memandang sosok yang kita gurui maka kita tidak akan mendapatkan ilmu makrifat. Karena manusia tempat salah dan lupa, maka kita akan kecewa bila Sang Guru melakukan kesalahan, tetapi jika yang kita cari ilmu maka sempurnalah musyahada kita. Renungkanlah saudaraku ! Sahabat Ali kw. Gara-gara ingin menuntut ilmu beliau mau berguru dengan Sang penggembala kambing. Bagaimana dengan kita? Padahal Sahabat Ali k.w.di jamin masuk surga oleh Allah.

  1. KESIBUKAN DUNIA

Janganlah kita tertipu oleh dunia, karena semua harta. anak,dan istri, tidak akan kita bawa mati. Amalan sholihahlah yang akan kita bawa menghadap Sang Kholik. Pandanglah dunia ke bawah dan pandanglah akhirat ke atas. Manusia tidak akan pernah puas dengan isi dunia. Punya sepeda ingin motor dan sebagainya. Lihatlah Nabi Muhammad s.a.w. Beliau satu hari makan satu hari tidak. Kadang perutnya di ganjal pakai batu karena menahan lapar, dan ini semua sahabat pilihan meniru beliau. Ketahuilah saudaraku, kita tidak akan pernah jadi orang makrifat selama kita masih dalam keenakan makan dan minum. Anda harus merasakan lapar bila ingin dekat dengan Allah. Sahabat Abu Bakar ketika ditanya kenapa tidak pernah makan enak? Jawabnya karena kesenangan adalah bagian dari surga bila kita di dunia bersenang-senang jangan harap di akhirat anda akan masuk surga. Demikianlah kenapa para ahli tasawuf tidak mau bersenang-senang di dunia.

Wahai saudaraku jika kita benar-benar ingin jadi kekasih Allah kerjakanlah apa yang tersebut di atas, renungkan dan kaji ulang terus agar ilmu kita meresap ke hati sanubari dan darah daging. Kurangi tidur dan makan. jangan makan jika tidak lapar atau karena kita diberi/ di jamu makan. Janganlah kita tidur jika bukan karena tidur dengan tidak sengaja. Jika kita mampu maka jadilah kita orang khowas.